Judul Asli: Low, Morris, Shigeru Nakayama, and Hitoshi Yoshioka. 1999. “Technology versus Commercial Feasibility: Nuclear Power and Electric Utilities.” di jurnal Science, Technology and Society in Contemporary Japan, 66-81. Cambridge: Cambridge University Press.
Artikel ini merupakan salah satu bab di buku yang ditulis oleh Morris Low, Shigeru Nakayama, and Hitoshi Yoshioka yang membahas tentang sejarah kontemporer ilmu pengetahuan dan teknologi di Jepang. Buku tersebut dipublikasikan pada tahun yang sama dengan bukunya Yoshioka 原子力の社会史 (Sejarah Sosial Tenaga Nuklir). Artikel ini merupakan ringkasan sejarah energi nuklir di Jepang yang dikarang oleh Yoshioka.
Bab yang cakupannya meliputi sejarah energi listrik sebelum perang, awal mula program nuklir di tahun 1950an dan reaktor di tahun 1960an serta program reactor fast breedersampai dekade 1990an ini menelaah hubungan yang kompleks antara kepentingan publik dan swasta dalam hal teknologi dan aplikasinya. Di Jepang, walaupun industri tenaga listrik selalu didominasi oleh pihak swasta dan usaha-usaha kelistrikan program energi listrik dijalankan oleh kepentingan pihak swasta, artikel ini berargumen bahwa kepentingan swasta dan publik batasannya kabur dan kepentingan pihak mana yang dilayani oleh perkembangan energi nuklir tidak selalu jelas.
Seperti dalam bukunya Yoshioka, artikel ini mengklaim kalau perkembangan reaktor nuklir didorong oleh “struktur ganda” yang terdiri dari dua kelompok. Yang pertama MITI (Kementrian Perdagangan dan Industri Internasional Jepang) dan industri swasta. Yang kedua STA (Badan Sains dan Teknologi) beserta perusahaan riset publik seperti JAERI (Institut Riset Atom Jepang). Tugas utama grup yang pertama adalah mengembangkan secara berkala pengusahaan nuklir dengan mengimpor reaktor-reaktor Amerika Serikat. Sedangkan misi grup STA adalah riset dan perkembangan teknologi mutakhir yang belum dikomersialkan seperti desain reaktor fast breeder dan fusi nuklir.
Artikel ini mengklaim bahwa alasan Jepang mengembangkan reaktor fast breeder adalah karena struktur ganda ini, terutama usaha-usaha grup STA untuk memengaruhi kebijakan nuklir Jepang. Bukan karena Jepang mencoba menjadi negara nuklir melalui program plutoniumnya. Tetapi lebih karena STA menggunakan program ini untuk dapat menancapkan pengaruhnya di dalam negeri. Sebenarnya cakupan kerja STA meliputi riset nuklir dan program antariksa Jepang. Hanya saja, karena ada ketidakpastian atas masa depan program antariksa STA memilih untuk konsentrasi pada program nuklir energi. Oleh karena itu badan ini memprioritaskan teknologi reaktor fast breeder.
– Kenji Ito diterjemahkan oleh Anto Mohsin
Artikel yang sangat inspiratif, saya mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi.
Anda dapat mengunjungi artikel menarik lainnya di http://pena.gunadarma.ac.id/