Judul asli: Sara B. Pritchard, “An Envirotechnical Disaster: Nature, Technology, and Politics at Fukushima,” Environmental History 17 (2012): 219–243.
Dalam esai ini Sara B. Pritchard menelaah secara kritis dua kerangka pemikiran di bidang ilmu kajian kecelakaan dan teknologi. Pritchard menjelaskan kelebihan dan kekurangan dua teori berpengaruh karya Charles Perrow dan Thomas P. Hughe. Perrow menelurkan konsep “kecelakaan normal” (“normal accident”) untuk menganalisa kecelakan dan Hughes menawarkan pendekatan “sistem teknologi” (“technological systems”) untuk menjelaskan cara kerja suatu teknologi skala besar. Dengan menggunakan kedua ide sebagai landasan awal, Pritchard mengemukakan konsep baru yang dia sebut “sistem teknolingkungan” (“envirotechnical system”) untuk menjelaskan hal-hal yang terjadi di kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai’ichi setelah gempa bumi dan tsunami melumpuhkan tiga dari enam reaktor nuklir di sana.
Pritchard berargumen kalau kecelakaan yang terjadi di Fukushima Dai’ichi dapat dijelasakan sebagai suatu “kecelakaan teknolingkungan, akibat dari proses-proses alam dan teknososial yang berinterakasi satu sama lain” (hal. 220). Konsep teknolingkungan ini menggabungkan kerangka pemikiran Perrow dan Hughes. Pritchard menunjukkan bahwa sangat penting untuk mengedepankan bukan saja faktor-faktor sosioteknikal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di sana (contohnya keputusan Jepang untuk membangun PLTN Fukushima Dai’ichi untuk memenuhi kebutuhan energinya), tapi juga untuk memahami bahwa hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan (air, udara, tubuh manusia dan radiasi nuklir) juga memainkan peran dan bahkan digunakan untuk meredam dampak kecelakaan tersebut.
Analisa teknolingkungan Pritchard dipengaruhi oleh karya-karya ilmiah dari dua disiplin ilmu yang bersinggungan: sejarah teknologi dan sejarah lingkungan. Esainya juga menggunakan konsep-konsep yang diambil dari studi tentang resiko dan musibah, sehingga memperkaya telaahnya mengenai apa yang terjadi pada hari yang naas tanggal 11 Maret 2011.
Yang membuat argumen Pritchard persuasif adalah diskusinya yang kritis dan reflektif mengenai kerangka konseptualnya. Dia mengakui bahwa salah satu dampak buruk analisa teknolingkungan suatu musibah adalah kemungkinan yang muncul untuk tidak dapat menyalahkan siapa-siapa jika terjadi musibah, terutama ketika ada suatu proses hukum terhadap suatu orang, kelompok, atau lembaga. Untuk mengatasi hal ini, Pritchard mendiskusikan peran kekuasaan dan politik di PLTN Fukushima, termasuk mengatakan jika ekonomi merupakan “suatu bentuk politik” (hal. 231). Berkenaan dengan hal ini, Pritchard menawarkan suatu konsep tambahan yang dia sebut “rejim teknolingkungan yang mengedepankan politikdan bagaimana suatu grup atau institusi tertentu menggabungkan alam dan teknologi dengan cara-cara tertentu baik dalam keadaan normal atau ketika terjadi musibah” (hal. 231).
Sebagai bahan pengajaran, esai ini melengkapi dokumentari PBS Inside Japan’s Nuclear Meltdown (2012) dan dapat digunakan dengan bacaan-bacaan lain yang Pritchard kutip di esainya. Catatan kaki esainya yang berjumlah 71 merupakan sumber berharga bagi siapa saja yang mau mencari bahan-bahan lain untuk bahan pengajaran mata kuliah tingkat S1 atau untuk tingkatan mahasiswa pascasarjana.
Ditulis oleh Anto Mohsin, Kandidat Doktor, Science and Technology Studies, Cornell University.
Original annotation by Anto Moshin, Ph.D Candidate, Science and Technology Studies, Cornell University.